Namaku Rayhan, Aku seorang Jurnalis yang hanya tamatan MA (Madrasah Aliyah) tahun 2009 dengan upah seadaanya dan berasal dari Desa. Hari hari kuhabiskan untuk menulis dan terus menulis. Menulis bagiku merupakan sebuah karya seni, karya seni pemikiran yang dituangkan kedalam sebuah tulisan. Ayah ku seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang gajinya habis dipotong Bank lantaran hobi berjudi. Kegiatan ibuku hanya dirumah sebagai Ibu Rumah Tangga. Kehidupanku begitu pahit, aku pernah melanjudkan kuliah di salah satu universitas di Daerah ku, namun aku gagal dan terhenti mengenyam pendidikan di tingkat kuliahan lantaran terbentur masalah biaya.
Selain sebagai penulis di salah satu media online pemprov, kegiatan ku sehari hari adalah bertani. Tiap hari dan tiap pagi aku bergegas ke sawah. Ketika mentari sudah mulai meredup, barulah aku pulang dari sawah yang diwariskan kakek ku kepada ibuku. Pahitnya kehidupan ku tak membuat ku putus asa, karena bagiku, inilah tantangan dunia yang sebenarnya. Namun aku bersyukur, karena diluar sana masih banyak orang orang yang kehidupannya lebih pahit dariku.
Bagian I, Awal Kisah Cintaku
aku memiliki sahabat namanya widya. Kami bersahabat dari SMA. Berawal dari persahabatan inilah aku berkenalan dengan seorang gadis anggun nan manis namanya Tyana. Tyana adalah sepupu dari sahabatku widya. Mereka tinggal bersama di sebuah kontrakan di Kota yang kebetulan mereka juga satu kampus. Mereka ngontrak di perkotaan karena mereka juga dari Desa yang jauh dari kota. Pertama kali aku berkenalan dengan Tyana ketika sahabatku widya menelfonku menggunakan Hp Tyana. Tak sengaja aku membuat pesan yang sebenarnya aku tujukan ke sahabatku widya yang ku kirimkan ke nomor nya Tyana. Pesan tersebut berisi kata kata untuk saling mengingatkan kewajiban sesama umat beragama.
Dari pesan yang kesasar itu, aku akrab dengan Tyana. Aku sering menghubungi Tyana untuk segedar bincang bincang dan saling mengingatkan tentang ibadah via telfon padahal aku tak pernah bertemu langsung dengannya. Butuh waktu satu minggu kedekatan ku dengan Tyana berubah jadi benih beni asmara. Ku coba ungkapkan perasaan ku padanya bahwa aku kagum dengan kepribadiannya yang tidak memilah orang sebagai temannya meski tak pernah bertatap muka.
Aku : “Aku suka sama orang orang yang tidak memilah teman seperti mu, baik dan pengertian sebagai seorang teman. Aku menyukaimu”. Siapa sangka diapun memilki perasaan kagum juga pada ku. Tyana :“ kamu juga baik, sopan, pengertian dan tau caranya menghargai sebuah topik pembicaraan, Aku juga suka sama kamu”
Aku terkejut mendengar balasan kata kata ku yang mengaguminya. Aku berfikir bahwa inilah petanda cinta telah bersemi. Aku menanyakan arti ungkapan “suka” yang Ia lontarkan pada ku. Dia menjawab bahwa Ia benar benar menyukaiku.
Aku : “ berarti perasaanku terbalas ya..., tapi kita belum pernah bertemu, kenapa kamu bisa yakin dengan perasaan mu” tanya ku padanya Tyana : “widya banyak cerita tentang mu, dan Widya memperlihatkan ku buku alumni SMA kalian, aku juga takjub, selain baik kamu juga ganteng”
Mendengar kata kata itu aku merasa senang, bahagia dan berfikir, Dialah Jodoh ku. Meskipun aku belum pernah melihat sosok aslinya, namun aku yakin bahwa Tuhan telah mengirimkannya untuk ku. Akhirnya aku memutuskan untuk mengunjungi kontrakan sahabatku ini untuk bertemu Tyana. Pertama kali aku melihat tyana, wanita yang sederhana, anggun nan manis ini membuatku seakan telah menemukan tulang rusukku. Pertemuan pertama ini kami masih merasa malu untuk saling bertegur sapa. Untungnya, widya ada menemani kita dan membuat suasana jadi hidup karena widya lah yang menjembatani bahan obrolan ketika kami terdiam.
Akhirnya aku sering berkunjung ke kontrakan Tyana kekasih ku. karena sering berkunjung, kamipun sudah mulai bercanda dan tertawa bareng tak seperti awal pertemuan kita meski sudah setatus pacaran. Kebetulan kampungku hanya berjarak belasan kilo meter dari kota. Pada suatu malam ketika aku mengunjungi Tyana, dia memberitaukan ku bahwa ia akan pulang kampung selama dua minggu barulah ia kembali ke Kota. Malam itu kami keasikan bercanda dan tertawa hingga kami lupa akan waktu. Jam sudah mnunjukan pukul 10 malam, aku harus segera pulang. Tyana mengantarku sampai kedepan kontrakannya. Ketika kami bersalaman, Tyana mencium tangan ku. Aku merasa bahagia karena diperlakukan seperti itu. Satu hal yang membuatku lebih kaget dan merasa di apit kebahagiaan yang amat besar setelah Tyana mencium tangan ku, dia meraih kepala ku dan mencium bibir ku. Ciuman pertama dan tak pernah sebelumnya.
Bagian II, Ultah Tyana
Ulang tahun pertama Tyana saat aku masuk dalam lingkup kehidupannya dengan usia hubungan kami masih 4 bulan. aku sudah tahu tanggal lahirnya Tyana dari akun sosmednya. Saat itu, Tyana seakan murung karena aku menjauh, padahal itulah caraku membuat sebuah kejutan kecil yang takkan terlupakan. Hari Ultahnya pun tiba, aku yang sebelumnya memberi kabar ke Tyana bahwa sedang bepergian ke Kota lain tiba tiba muncul dan mengetuk pintu kontrakannya. Ketika Tyana membuka pintu, langsung aku hadapkan sebuah boneka cantik yang bertuliskan “Whait Love” boneka tersebut mempunyai panggilan sayang dari kami “si Pink”.
Hari hari kami lalui, bercanda dalam kebahagiaan. Saat itu aku baru membeli sebuah kuda besi (motor) jenis metik. Tyana saat itu belum bisa mengendarai sepeda motor. Pada suatu malam saya mengajarkan Tyana cara mengendarai sepeda motor. Belum sempat bisa, Motorku dipinjam bapak. Katanya sih pinjam sehari, tapi nyatanya motorku di jual buat judi. Tyana selalu menjadi penenang dari semua masalahku. Tyana lah sumber inspirasiku, yang bisa mengerti aku, dan selalu bisa membuatku bahagia dengan skapnya yang manja. Apalagi ketika dia memanggilku dengan nama sayang dari dia “Jyeq”.
Cinta kami begitu suci, kami seakan memiliki tujuan hidup yang sama, bersama, dan utama iyalah kebahagiaan. Mentari pun seakan selalu setia menyinari cinta suci kami. Tiba saatnya Usia Tyana bertambah lagi, dan usia kisah kamipun lebih dari satu kalender. Ketika itu, aku memberikannya sebuah boneka sound the seep yang lucu dan menggemaskan. Tidak seperti ultah yang sebelumnya, Namun diultahnya kali ini aku berpura pura sakit dan membuatnya khawatir dan datang menemuiku. Ketka itu, aku sudah menyiapkan kejutan kecil.
Mungkin, inilah perayaan ulang tahun yang aneh, tanpa lilin yang tertancap diatas sebuah kue. Namun aku percaya, semua itu lebih meyakinkan dengan doa dan rasa ketulusan yang kami miliki masing masing. Aku yakin dunia seakan iri melihat dua hati yang tercandu rasa bahagia.
Bagian III, Cinta Jarak Jauh
Aku tak menyangka akan menjalin hubungan jarak jauh dengan Tyana. Tyana akan pergi mengurus skripsinya ke kota lain, sedangkan aku mendapatkan tawaran kerja ke daerah lain pula. Kita sama sama pergi dari kota kami. saat itu aku ragu akan menjalin hubungan jarak jauh. Karena, sebelumnya aku sudah pernah menjalin hubungan jarak jauh dan itu gagal.
Aku mulai cemburu buta dan bawaannya curiga dengan kegiatan Tyana di kota itu. Empat bulan sudah berlalu, dan hubungan kita sedikit retak karena ulahku sendiri yang bawaannya curigaan. Aku sudah tak tahan jauh dari Tyana, aku memutuskan untuk berhenti kerja dan kembali ketempat asalku dan itu semua demi Tyana. Saat aku kembali, akupun kembali menulis.
Selain menulis, akupun memiliki sebuah komunitas yang aku rintis dari tahun 2012 yang hingga kini aktif berjalan. Nampaknya, Tyana tidak begitu suka dengan apa yang aku lakukan di komunitas tersebut. Padahal semua itu semata mata untuk kepentingan sosial serta mengajak para generasi muda untuk gemar berolahraga. Sejujurnya, akupun tidak begitu paham dengan jalan fikiran tyana yang tidak begitu suka aku berorganisasi yang ia inginkan hanya menyuruh ku kerja dan kerja. Bahkan dia tak begitu setuju jika pekerjaanku hanya seorang penulis.
Ketika kita sempat bertengkar mulut, Tyana melontarkan sebuah kalimat yang begitu sulit kuterima namun berusaha tuk kupahami “ Aku menerima kamu saat itu karena aku mengenal kamu sebagai seseorang yang sedang bekerja di salah satu istansi pemerintahan dan bukan sebagai penulis”. Ucap Tyana. Memang benar, setelah lulus MA, aku pernah mengabdi di salah satu kantor istansi pemerintahan di Kota Ku dan itupun tidak berjalan lama hanya sekitar tiga bulan. Mendengar hal tersebut, aku mencoba memahami apa yang di harapkan Tyana dari ku. Aku mengalah dan mengambil sikap bijak sebagai seorang laki laki.
Tiba saatnya Tyana Wisuda. Saat itu aku sibuk mencari uang bahkan sampai meminjamnya demi ada di hari bersejarahnya Tyana di kota yang dipisahkan oleh lautan dari Kota tempat asal kami. alhamdulillah, aku mendapat pinjaman dari teman ku meski hanya pas pasan. Saat itu aku hanya bermodalkan kamera yang aku dapat dari penghargaan media tempatku menulis. Aku mengambil gambar dalam mengabdikan moment kebahagiaan yang berhasil dicapai gadisku.
Setelah perayaan wisudanya Tyana, Ia dan keluarga besar serta sepupunya yang salah satunya itu Widya yang kebetulan wisuda bersama Tyana pergi ke sebuah pantai nan indah di Kota tersebut. Selain mengabdikan foto foto Tyana, kitapun takluput dari pandangan kamera sebagai objek yang menarik untuk diabadikan.
Keesokan Harinya, keluarga Tyana pulang, sementara rencananya aku akan mengajak Tyanan ke Kota tempat Kakak ku berada. Dari sana aku langsung pulang dan Tyana tetap menetap di kota tempat ia wisuda tersebut untuk menunggu Ijazahnya.
Berselang satu bulan, Tyana belum kembali. Ketika aku melihat moment wisuda Tyana, aku sempat berfikir, Apa bisa seorang sarjana mau dengan seorang Jurnalis yang hanya tamatan MA...???
Namun aku mengabaikan pemikiran tersebut. Andaikan dunia tau apa yang ada dibenakku saat itu, duniapun akan malu menampung orang yang sedang putus asa. Pulang dari Kota tempatnya wisuda, Tyana langsung balik kekampungnya sembari mencari sebuah pekerjaan. Jauhnya Jarak kami membuatku seakan tanpa daya dan jauh dari semangat.
Bagian IV, Kasih Mulai Retak
Tiga tahun menjalani sebuah hubungan., Kisah Rayhan dan Tyana ini menguras emosi dan ending yang begitu sulit dimengerti. Mengapa tidak, Hampir 1 tahun Tyana tak pernah memberi kabar dan dihubungipun tidak pernah sesekali bisa terhubung.
Hampir 1 tahun ku setia menanti dan menunggu kabar dari Tyana. Muncul sebuah ide dibenakku untuk menghubungi Tyana menggunakan nomor perdana baru, alhasil Tyana menjawab telfon ku. Aku tak menyangka ketika Tyana mengetahui bahwa yang menelfonnya itu aku, dia menjawab “maaf, aku berat mengungkapkan ini pada mu, orang tua ku pasti gak akan setuju jika aku tetap menjalin hubungan dengan seorang Jurnalis yang hanya tamatan MA.”
Kata kata tersebut sangat memukul batin ku, seolah olah apa yang telah ku lakukan selama ini sia sia dan tak ada yang bisa untuk dikenang. setelah itu, Tyana kembali sulit untuk dihubungi. Orang tua ku selalu menanyakan kabar Tyana, saat itulah aku selalu berbohong kepada kedua orang tua ku bahwa hubungan kami baik baik saja. Bagaimana tidak, semua keluarga ku sangat menyayangi Tyana. Tyana sudah mereka anggap seperti anak kandung mereka sendiri serta orang tua ku berharap hubungan kami tidak sebatas hubungan percintaan insan yang dimabuk asmara tetapi sebuah hubungan yang serius dan akan indah pada waktunya.
Setiap kali orang tuaku menanyakan kabar tyana, aku selalu menghindar dan merasa bahwa aku adalah anak yang paling durhaka karena selalu menutupi retaknya hubungan kami. “ kenapa Tyana sudah tidak pernah datang lagi ?.” ketika pertanyaan tersebut dilontarkan kedua orang tua ku, aku selalu menjawab bahwa Tyana sudah bekerja dan jarang memiliki waktu luang untuk datang menemui orang tua ku.
Suatu hari, ayah ku masuk rumah sakit, ayah ku sakit keras dan yang membuatku terpukul dan sulit menerima kenyataan ketika ayahku sadar, beliau berkata pada ku bahwa beliau ingin sekali bertemu dengan Tyana. Beliau sangat rindu dengan Tyana, beliau berharap aku bisa membawa Tyana untuk menemuinya di Rumah Saakit. Batin ku seperti teriris pisau nan tajam, aku mencoba untuk menghubungi Tyana, namun tak pernah ada respon apa apa darinya. Aku sudah lelah karena harus menimbang rasa antara hati, ayah dan keadaan ku bersama Tyana.
Sempat ku teguk miras untuk menenangkan fikiran ku, itu berhasil namun hanya sesaat. Aku mencoba mengambil air wudduh dan berdo’a, itupun tak mengubah semuanya. Aku pasrah dan tak tau harus melangkah kemana. Didalam sakitpun, aku tidak bisa memenuhi keinginan orang tua ku bahkan aku juga membohongi mereka bahwa Tyana menitip salam dan meminta maaf karena lagi berada diluar kota.
Hingga ayah ku keluar dari rumah sakit dan sudah kembali sehat, aku memutuskan untuk menjauh dari kampungku dan tinggal di Kota bersama teman dirumah bujangnya. Satu bulan menetap di kota, aku mendapat tawaran menjadi seoarang wartawan di sebuah majalah di Kota ku. Aku tidak sabar ingin segera memberitahukan ke Tyana bahwa aku telah mendapat pekerjaan yang lebih mapan yang bisa dia andalkan. Namun mirisnya tyana menjawabku dengan kata “ kita sudah tidak ada hubungan apa apalagi, sekarang aku sudah memiliki pasangan yang jauh lebih mapan dari mu”. Mendengar kata kata tersebut, seolah olah Tuhan itu tak pernah ada, seolah olah sudah tak ada gunanya lagi aku hidup. Hampir setiap malam selama berbulan bulan aku ditemani miras. Hari hariku terasa hampa, dunia sedang menghukumku beserta keindahannya yang tak mampu ku raih dengan hatiku yang tulus.
Aku sudah tidak berdaya lagi, hatiku telah pergi, terbang bersama bayang seorang gadis yang sangat ku cintai. Aku gagal dan tercampakan oleh cinta, ketulusanku terbalas dengan penghianatan. aku memiliki seorang teman baik namanya Jhay, sebenarnya dia ini adalah paman ku meski silsilah keturunan nan jauh namun dia seperti saudara bagi ku yang selalu bisa membuatku tersenyum dan selalu bisa mengalihkan perhatianku dengan caranya mengajakku bercanda serta dia tau apa yang aku mau serta yang aku butuh. Inilah sebuah persahabatan yang sebenarnya.
Bagian V, Menghapus Bayang Tyana
Rayhan dan Tyana yang terpisah antara jarak dan waktu seolah tak pernah saling mengenal sebelumnya. Hari hari ku kuhabiskan untuk mencari kesibukan lain demi menghilangkan bayang bayang Tyana. Namun ketika malam datang sembari ku baringkan raga ku diatas tempat tidur, Tyana seolah olah datang dan tersenyum dihadapanku. Aku tak bisa membohongi perasaan dan hati ku yang jauh di dalamnya nama Tyana masih tersimpan rapi.
Sudah lebih dari Dua kalender aku tidak pernah mendengar kabar Tentang Tyana. Namun, tiap kali ku melihat moment indah tentang kita, aku selalu tersenyum dan berusaha meyakini diriku bahwa aku telah diperbudak rasa yang mati di lubuk hati ku. Suatu hari aku mendapat kabar dari sepupu laki lakinya Tyana yang kebetulan dia teman dari paman ku Jhay. Namanya Rino, dia menelfonku untuk memberitahu kalau Tyana akan menjadi TKW keluar Negeri. Kebetulan sepupunya Tyana ini tahu tentang kisahku yang diceritakan paman dan Rino seolah ingin sekali membantuku untuk bertemu dengan Tyana.
Tyana ada di Kota bersama keluarga besarnya yang akan menghantarkan dia hingga ketempat penampungan TKI. Aku memberanikan diri untuk datang menemui Tyana. Benar saja, aku bertemu dengan Tyana disebuah kos kosan milik sepupunya yang masih sekolah. Aku memandang tyana dengan rasa yang teramat aneh. Bahagia, Kecewa, Sedih, dan bahkan terpuruk. Aku mencoba menghampiri Tyana seraya memandangnya dengan penuh rasa malu. Dengan nada senduh dan hati gelisah, aku memohon izin pada tyana untuk menunggunya kembali hingga kapanpun itu. Jawabanya sangat membuatku jatuh dan bahkan hampir tidak bisa menahan air mata. “ tiba saatnya aku kembali nanti, aku akan langsung nikah karena aku pergi ini untuk mencari modal kehidupan ku bersama laki laki pilihanku dan maaf itu bukan kamu”.
Dua menit mungkin terlalu lama untuk tetap berdiri di depan Tyana setelah melontarkan kata kata tersebut. Aku menyendiri disebuah bukit dan merenungkan nasip ku yang amat buruk. Aku bagaikan pengemis cinta yang selalu memohon untuk bisa dimaklumi kegelisahannya. Aku mencoba tegar dan berserah diri karena mungkin ini bukan takdir ku untuk bahagia bersama gadis yang sangat ku cintai.
Aku mencoba untuk bangkait dari keterpurukan. Aku mencoba mencari sosok wanita yang mau menerimaku apa adanya. Setelah sekian lama, aku tak mendapat seseorang yang pas, sempatku berfikir jika wanita pada zaman ini sudah tak ada yang berwatak mulia yang hanya gemar mempermainkan perasaan laki laki dengan mengandalkan parasnya.
Entah apa yang ada dibenakku saat itu. aku hanyalah korban kepalsuan cinta. Aku mencoba membagikan setiap pengalaman ku sehari hari yang ku kemas dalam sebuah kata kata motivasi kedalam akun Sosmed ku. Aku membagikannya semata mata untuk meluapkan apa yang seharusnya aku lakukan dan apa yang seharusnya aku tingalkan.
Tanpa ada unsur kesengajaan, seorang gadis mengirimkan pesan pribadi padaku bahwa kata kata motivasi yang selama ini ku bagikan tersebut dia salin kedalam sebuah buku dan iya ingin sekali bertemu dengan ku hanya untuk memberi tanda tangan dalam buku tersebut. Akhirnya aku meluangkan waktu untuk bertemu gadis ini sembari menghilangkan rasa penasaranku tetang apa yang dilakukan gadis ini, Akupun takjub melihat sesuatu yang selama ini berasal dari fikiranku. Aku dihadapkan dengan karya ku yang tak pernah aku kira adanya. Ternyata, kata kata motivasi tersebut menjadi puluhan lembar dalam sebuah buku tulis.
Dari hal inilah aku menjadi sadar dan mencoba untuk bangkit. Ternyata aku masih bisa menjadi seseorang yang bisa dibanggakan oleh orang lain. “kenapa orang lain bisa menjadikan pengalamanku sebagai motivasi sementara aku sendiri tetap terpuruk dalam kegelapan asmara” pikir ku. Aku memulai hidup baru, dan mencoba melupakan segalanya. Aku pindah ke sebuah kos kosan dari rumah paman ku jhay. Aku mencoba menciptakan sebuah lingkungan baru dengan niat terlahir kembali.
Jika benar renkarnasi itu ada, aku berjanji untuk tidak melepaskan Tyana di kehidupan selanjudnya. Di kehidupan ini, aku kan melepasnya dengan senyuman penghantar lara. “Pergilah kasih, Tuhan akan selalu berada di dekatmu, engkau akan diapit kebahagiaan bersama orang orang terkasih yang ada di hidupmu.”
Namun kita tak pernah tau rahasia kehidupan kedepannya akan seperti apa, Kita harus bisa menerima apa yang telah ditakdirkan untuk kita. Usaha dan do’a yang sejalan akan menuntun kita pada jalan kebahagiaan meski kita harus merasakan sebuah ujian. Hidup ini bukan tentang apa yang kita butuh melainkan tentang apa yang akan kita tuju.
Bagian VI, Kehidupan Baru
Setelah semua tentang Tyana berusaha untuk kulupakan, Aku mencoba memberanikan diri untuk berterus terang kepada kedua orang Tua ku. Saat itu aku baru menyadari bahwa seburuk apapun pribadi orang tua, mereka tetap berusaha agar buah hatinya selalu mendapatkan yang terbaik. Kata kata motivasi dari ayahku sangatlah menyentuh dan membuatku sempurna sebagai seorang laki laki dengan keteguhan hati dan menyatakan sikap sebagai seorang pemimpin kelak dalam sebuah rumah tangga.
“kita sebagai laki laki harus memiliki cinta yang terjaga, Namun kita sebagai laki laki harus berani mengambil sikap untuk menyelesaikan apa yang telah kita perbuat. Laki laki harus memiliki tujuan hidup yang lebih hidup untuk sebuah kehidupan”. Inilah kata kata motivasi dari ayahku yang memiliki sejuta makna.
Seorang wanita kini telah hadir dalam hidupku. Berawal dari Sosial media, Ia telah hadir dalam upaya menghapus luka yang tergores karena duri dari sekuntum bunga yang telah hilang dari kehidupanku. Sebut saja namanya Ira.
Ira mencoba memberiku sebuah tujuan hidup. Seperti yang dikatakan ayahku, “laki laki harus berani mengambil sikap” inilah kedua kalinya aku menjalin hubungan tanpa ada pertemuan terlebih dahulu seperti awal kisahku bersama Tyana.
Ira menerimaku apa adanya, Ira sangat tulus mencintai ku. Kini aku harus berusaha melupakan Tyana. Meski kisah antara aku dan Tyana akan menjadi sebuah kisah yang takkan kulupakan begitu juga sosoknya. Ira sangat memahami apa yang sedang aku alami, mungkin dengan begitulah aku bisa membuka lembaran kehidupan baru dengan jiwa yang baru.
Mungkin aku tidak bisa menghilangkan cintaku pada Tyana, namun aku sangat menghargai perasaan Ira yang begitu tulus. Aku menerima Ira bukan karena ingin melupakan Tyana tapi untuk menuju sebuah kehidupan baru. Cinta dan kasih sayang yang sesungguhnya adalah tempat kita mengabdikan hati dan mengabdikan diri.
Meski begitu, kita takkan pernah tau takdir kita kedepannya akan seperti apa. Mungkin aku akan dipertemukan kembali dengan Tyana, mungkin juga garis takdirku bersama Ira, dan bahkan mungkin bersama wanita lain. Kita hanya bisa berusaha serta berdo’a. Apapun yang ditakdirkan untuk kita adalah semata mata rahasia yang Esa.
Kehidupan yang indah akan datang pada waktunya, Yakinlah akan hal tersebut. Cinta sejati dan cinta yang suci sangatlah berberda jauh karena memiki pandangan yang berbeda. Cinta sejati bisa menjadi cinta yang suci namun cinta yang suci tidak bisa menjadi cinta yang sejati. Cinta sejati tidak selamanya bisa kita raih, cinta yang suci adalah cinta yang mampu kita raih serta mampu untuk kita sejatikan.
Cintaku bersama Tyana adalah rasa cinta yang sejati, namun cinta ku pada Ira memungkinkanku mendapatkan cinta yang suci. Jika disuruh memilih antara cinta yang sejati dengan cinta yang suci, maka aku akan memilih cinta yang dapat ku raih yaitu cinta yang suci.
Ini bukanlah hal tentang tidak menghargai sebuah perasaan, namun pasangan kita kelak juga harus bisa mengahargai perasaan kita agar sejalan dan tak ada keraguan dalam sebuah hubungan. Jangan sesekali larut dalam kesedihan. Lihatlah langkah anda kedepan, ada banyak hal yang lebih indah untuk kita cintai.
Janganlah kita merasa bahwa kita bisa menghapus masa lalu. masa lalu hadir untuk dikenang sebagai motivasi dalam langkah kehidupan yang lebih baik. Masa lalu bagaikan sebuah ujian dan setiap hasil maksimal yang telah kita raih adalah kepuasan yang tiada terkira nilainya. Janganlah memandang ujian tersebut sebagai sebuah hukuman, karena lewatnyalah anda akan mengerti arti dari sebuah kesungguhan.
TAMAT